Jumat, 30 Desember 2011

LIMNOLOGI

II. TINJAUAN PUSTAKA
 

Perairan umum merupakan bagian permukaan bumi yang secara permanen berkala digenangi air, baik air tawar, payau, atau laut yang dihitung dari garis pasang surut terendah ke arah daratan dan badan air tersebut terbentuk secara alami maupun buatan (Dinas Perikanan Tingkat 1 Propinsi Riau, 1997).
Selanjutnya Sihotang (1988) mengemukakan, waduk adalah bentuk perairan yang terletak diantara perairan sungai dan danau. Setiap waduk mempunyai morfologi yang unik, oleh karena itu tidak dapat digeneralisasikan antara satu waduk dengan waduk yang lain karena di waduk terdapat perbedaan yang menyolok antara lotik dan lentik.
            Menurut Sihotang (1988), ciri khas waduk adalah mempunyai aliran yang searah dari sungai utama. Waktu pergantian air relatif singkat. Perkembangan trofiknya memperlihatkan eutrofik yang akan berubah menjadi oligotrofik. Nutrien yang kaya akan memperlihatkan produktivitas dan setelah pengaliran air yang searah akan membuang nutrien ke sungai di bagian bawah. Menurut Carlo (2001), waduk merupakan tempat yang digunakan untuk menyimpan air sebelum diolah baik untuk air minum ataupun keperluan lain, lazimnya waduk dan danau sebagai tempat penyimpan air dengan kualitas yang baik.
Sihotang (2006) mengatakan bahwa waduk adalah bentuk perairan yang terletak antara perairan sungai dan danau. Setiap waduk mempunyai morfologi yang unik, oleh karena itu tidak dapat digeneralisasikan antara waduk yang satu dengan waduk yang lainnya. Sehingga terdapat perbedaan yang menyolok antara perairan lotik  dan perairan lentik.
ebit air adalah jumlah air yang mengalir dari suatu penampang tertentu (sungai/saluran/mata air) persatuan waktu (ltr/dtk, m3/dtk, dm3/dtk).
Pemilihan lokasi pengukuran debit air dapat dilakukan di bagian sungai yang relatif lurus, jauh dari pertemuan cabang sungai, tidak ada tumbuhan air, aliran tidak turbulen (aliran air tidak bergelombang), dan aliran tidak melimpah melewati tebing sungai (Sihotang, Asmika dan Efawani, 2006).
Pengamatan yang dilakukan bahwa debit air dapat diukur dengan berbagai metode diantaranya yaitu: Emboys Float Method, Rectangular Weir, 90 Notch Weir, cara kecepatan luas ( Sihotang, 2006).
Cara pengukuran debit air dapat dilakukan dengan dibendung, perhitungan debit dengan mengukur kecepatan aliran dan luas penampang melintang, didapat dari kerapatan larutan obot, dengan menggunakan pengukur arus magnitis, pengukur arus gelombang supersonis, meter venturi, dan seterusnya.
Arus adalah gerak air (atau udara atau fluida lainnya) yang mengalir. Alat yang digunakan untuk mengukur kecepatan arus atau air di suatu lokasi, biasanya menggunakan perangkat  tali  plastik dan bola pimpong (Hehanusa, 2001)
Sihotang (1998) mengemukakan bahwa kecepatan arus adalah jarak (cm) yang ditempuh persatuan waktu (detik). Jenis gerakan air adalah suatu sifat lingkungan yang sangat penting karena ini mengendalikan struktur fisika dari dasar perairan mengalir.
Menurut Uktoselya (1991), mengemukakan bahwa arus dapat menimbulkan kerusakan fisik pada sungai dan muara sungai seperti terjadinya pengikisan darat, pemindahan sedimen. Disamping itu, besarnya volume air yang mengalir dan kuatnya pasang surut akan mempengaruhi sistem arus pada daerah muara.
lankton adalah semua organime renik yang hidupnya melayang-layang di dalam air yang bergerak pasif atau daya geraknya sangat terbatas untuk menentang arus. (Sachlan, 1980)
Nybakken (1992) menyatakan bahwa plankton merupakan organisme yang kemampuan renangnya demikian lemah sehingga pergerakannya dipengaruhi gerakan air.
Keberadaan zooplankton dijumpai hampir di seluruh habitat aquatic tetapi kelimpahan dan komposisinya bervariasi tergantung keadaan lingkungan dan terkait dengan perubahan musim. (Arinardi et al, 1994)
Menurut (Matthew) dalam (akmal, 1996) bahwa seringkali kepadatan zooplankton dan fitoplankton saling mempengaruhi, dimana pada saat jumlah fitoplankton berubah meningkat atau menurun, maka zooplankton berubah pula.
Kualitas suatu perairan sangat berpengaruh terhadap kemampuan produktifitas fitoplankton, penurunan kualitas perairan akan mnyebabkan penurunan kelimpahan fitoplankton yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap kelayakan suatu perairan untuk kegiatan perikanan. (Emilawati, 2001).
Menurut Sigid (2010) plankton sebagai jasad renik yang hidupnya meelayang layang di dalam air dapa dikelompokkan dua macam yaitu : fitoplankton yang merupakan tumbuhan dan zooplankton yang merupakan hewan. Fitoplankton sebagai produser primer mempunyai peran yang sangat penting bila dipandang dari penghasil bahan organik dari anorganik via klorofil dan bantuan sinar matahari. Berbeda dengan fitoplankton, zooplankton tidak dapat membentuk bahan organik  dari bahan anorganik tetapi mengkonsumsi fitoplankton untuk membentuk bahan organik.
enurut (Nurdin,1996), bahwa kecerahan suatu perairan ditentukan oleh suatu penetrasi cahaya matahari yang dapat menembus sampai ke dasar perairan.
Menurut Schram (1981), kecerahan suatu perairan dapat menpengaruhi suplay oksigen dimana cahaya matahari yang masuk kedalam parairan akan dimanfaatkan oleh tumbuhan air untuk melangsungkan fotosintesis sehingga menghasilkan oksigen.
Davis (1955), Menyatakan bahwa suhu perairan sangat di pengaruhi oleh beberapa factor antara lain penguapan, kedalaman, kecerahan, kekeruhan, waktu pengukuran, dan kecepatan arus.
 Boney (1975), Menyatakan bahwa suhu perairan dipengaruhi terutama oleh radiasi matahari, letak geografis, musim, kondisi alam, serta proses interaksi antara air dan udara seperti alih panas penguapan dan hembusan angina.
Derajat keasaman ( PH ) adalah suatu ukuran dari konsentrasi ion H+ dan menunjukan suasana air tersebut apakah dalam keadaan basa atau asam, seacara alamiah PH dipengaruhi oleh CO2 dan senyawa yang bersifat asam.Fitoplankton dan tanaman air akan mengambil CO2 air selama proses fotosintesis mengkibatkan PH air rendah pada siang hari dan meningkat pada malam hari (Cholik, Artati dan Rahmat, 1986).
Rawi (1993), Menyatakan bahwa salinitas adalah jumlah gram zat – zat yang tertalarut dalam 1kg air laut dengan anggapan bahwa semua karbonat telah diubah menjadi oksida, brom, iodina, diganti dengan klor dan semua bahan organik telah dioksidasi secara sempurna.
Kelarutan oksigen dilaut sangat penting artinya dalam mempengaruhi keseimbangan kimia di air laut dan juga dalam kehidupan organisme di laut. Faktor yang mempengaruhi konsentrasi O2 di lau antara lain yang terpenting adalah proses fitosintesis oleh tumbuhan air, pertukaran udara dipermukaan air,gerakan percampuran masa air dan proses kimia dan salinitas (Koesoebiono, 1979).
arbondioksida terdapat di laut karena adanya aktifitas metabolisme biota laut dan karena interaksi antara laut dengan udara dilapisan permukaan. CO2 di laut sebagian besar dalam bentuk asan karbonat, bikarbonat, dan CO2 bebas. Sistem CO2 ini berfungsi sebagai pengatur PH laut (Koesoebiono, 1979).
Benthos merupakan jasad-jasad nabati maupun hewani yang hidup mencari makan dipermukaandasar perairan. Benthos dapaty dibagi menjadi jasad penyaring (filter feeder) seperti siput( Koesoebiono, 1979).
Menurut Hynes (1970), organisme bentho adalah komunitas perairan yang berasosiasi dengan dasar atau organisme invertebrata yang hidup diatas, di dalam atau di dekat substrat yang mengalir.
  Menurut Rawi (1993), menyatakan bahwa benthos mencakup semua organisme yanmghidup di dasar atau di dalam perairan.









DAFTAR PUSTAKA


Akmal, E. 1996. Dinamika Populasi Zoocladocera Sehubungan Dengan Beberapa Parameter Kualitas Air di Danau Baru Desa Buluh Cina Kecamatan Siak Hulu Kabupaten Kampar. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Riau. Pekanbaru. 78 hal (tidak diterbitkan)

Arinardi, O. H., Trimaningsih dan Suirdjo. 1994. Pengantar Tentang Plankton Serta Kisaran Kelimpahan dan Plankton Predominan di Sekitar Pulau Jawa dan Bali. Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi. UPI-Jakarta. 108 hal.
Boney, A. D, 1975. Phytoplankton Edwrd Alloid, Liminited london. 426 p.
Cholik, F., Artati. Dan A. rahmad, 1986., Water Quality Management in Pond Fish culture. Dirjen Perikanan Bekerjasama Dengan Internasional Development Research Center. 51 p.

Dinas Perikanan Tingkat I Propinsi Riau. 1997. Buku Tahunan Statistik II. I. Press. Jakarta. 393 hal.
Davis, C. C. 1955. The Marine and Freshwater Plankton. Michigan State University Press. New York. 562 p.

Emilawati. 2001. Kualitas Perairan dan Struktur Komunitas Fitoplankton. Faperika UNRI (tidak diterbitkan).
Hynes. H. B. N. 1970. Ekologi Of Running Waters. University Of Toronto Press, USA. 555p
Hehanussa, P.E. 2001. Kamus Limnologi (Perairan Darat). IHP-UNESCO Panitia Nasional Program Hidrologi Lembaga Penelitian Ilmu Pengetahuan Indonesia. Jakarta.
Koesoebiono. 1979. Dasar-dasar Ekologi Umum. Bagian IV : Ekologi Perairan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. 145 hal.
Nurdin, S. 1996. Kumpulan Literatur Fotosintesis Pada Fitoplankaton. Fakultas Perikanan Dan Ilm Kelautan Universitas Riau, Pekanbaru. 580 Hal (Tidak diterbitkan).

Nybakken, J. W. 1992 . Biologi Laut : Suatu Pendekatan Ekologis. Diterjemahkan oleh M. Eidman, Koesoebiono, D.G.Bengen, M. Hutomo dan S. Soekardjo. Gramedia. 459 hal.

Rawi, S. 1993. Survey dan Pemetaan wilayah Pantai. Dinas Hidro Oseanografi, MABES TNI AL. Jakarta, disampaikan dalam seminar Teknik Pantai LPTP-BPP Teknologi bekerjasama dengan JICA. Yogyakarta. 10 hal.

Sachlan, M., 1980 Planktonologi. Diktat Pekuliahan Planktonologi Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau. Pekanbaru. 135 hal (tidak diterbitkan).
Schram. M., 1990. Tropical Marine Biology. International for Association the Exchange of Student for Technical Expriment. Insttitute of Marine Sience University of Kiel, Germany. 300 p.

Sihotang, C,.1988. Limnologi II. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan UNRI : Pekanbaru. 64 hal.

Sihotang,C. Asmika dan Efawani. 2006. Penuntun Praktikum Limnologi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan UNRI : Pekanbaru. 28 hal.

Sigid, Asmika Harnalin, dkk. 2010. Penuntun Praktikum Limnologi. Fakultas

Uktoselya, H., 1991, Beberapa Aspek Fisika Laut dan Peranannya Dalam Masalah Pencemaran , Puslitbag LIPI, Jakarta.